Sebelumnya saya telah menjelaskan lebih mendalam mengenai siapa itu manusia. Beberapa penjelasan yang akan saya jelaskan pada bab ini, masih ada hubungannya dengan manusia. Tetapi saya tidak akan menjelaskan lagi apa itu manusia pada bab ini. Lebih tepatnya saya akan menjelaskan mengenai hubungan antara manusia dengan cinta kasih.
Diantara kita semua pasti sering mendengar istilah ‘cinta kasih’. Sering sekali kalimat tersebut kita jumpai. Apalagi dalam setiap agama sering mengajarkan kepada kita tentang perlunya cinta kasih dalam kehidupan bersama dengan sesama kita manusia. Saya pribadi menjadi lebih mengerti apa itu cinta kasih karena ajaran agama saya yaitu Katolik. Dalam agama Katolik, Tuhan saya Yesus Kristus sangat menekankan ajaran cinta kasih. Adanya kepedulian, kerendahan hati merupakan contoh dalam suatu cinta kasih.
Rasa cinta kasih bisa ditujukan kepada siapa saja yang menurut kita pantas untuk kita cintai dan juga kita kasihi. Misalnya, cinta kasih terhadap orang tua, saudara kandung, kakek, nenek, teman sekolah, tetangga, paman, bibi dan lain-lain. Banyak sekali yang dapat kita lakukan untuk menunjukkan rasa cinta kasih kita terhadap orang yang kita sayangi.
Cinta kasih juga dapat diartikan menjadi sebuah budaya. Mengapa cinta kasih menjadi suatu budaya? Coba kita bayangkan jika di dunia ini tidak ada cinta kasih, pasti dunia ini akan hancur. Tidak ada persaudaraan, tidak ada rasa untuk saling memberi antara satu dengan yang lainnya. Jadi bisa dikategorikan bahwa cinta kasih adalah suatu wujud budaya yang ada dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menunjukkan rasa cinta kasih kita kepada orang-orang yang kita kasihi. Misal, terhadap Tuhan kita, kita rajin ke gereja setiap minggu untuk dapat bertemu, berdoa, memuji dan memuliakan nama-Nya. Itu merupakan wujud rasa cinta kasih kita terhadap Tuhan. Contoh lain, menunjukkan rasa cinta kasih kita terhadap orang tua, dengan membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah. Sebenarnya secara umum, orang tua kita akan bangga dan merasa bahwa kita sangat mencintainya jika kita dapat sekolah, kuliah dengan baik. Karena segala hasil jerih payah orang tua kita untuk menyekolahkan kita tidak terbuang sia-sia. Mereka akan merasa bangga, apalagi jika kita dapat memberikan prestasi yang sangat memuaskan dalam pendidikan kita. Contoh yang lain misalnya terhadap tetangga kita, bila kita memiliki rasa mengasihi terhadap tetangga kita, jika tetangga kita membutuhkan pertolongan dari kita, kita tidak segan-segan untuk membantu apapun sebisa kemampuan kita. Contoh cinta kasih terhadap teman-teman sekolah, kita tidak segan-segan untuk membantu teman kita yang kesulitan dalam menghadapi soal-soal pelajaran atau kita tidak segan-segan untuk meminjamkan bolpoint kepada teman kita yang tidak memiliki bolpoint. Masih banyak lagi contoh-contoh lain yang bisa kita terapkan dalam kehidupan masing-masing pribadi kita untuk menunjukkan rasa saling mengasihi dengan sesama.
Cinta selalu menyatakan unsur-unsur dasar tertentu, yakni pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan. Pada pengasuhan contoh yang paling menonjol adalah cinta seorang ibu pada anaknya; bagaimana seorang ibu dengan rasa cinta kasihnya mengasuh anaknya dengan sepenuh hati. Sedangkan tanggung jawab dalam arti benar adalah sesuatu tindakan yang sama sekali suka rela yang dalam kasus hubungan ibu dan anak bayinya menunjukkan penyelenggaraan atas hubungan fisik. Unsure yang ketiga ada;ah perhatian yang berarti memperhatikan bahwa pribadi lain itu hendaknya berkembang dan membuka diri sebagaimana adanya. Yang keempat adalah pengenalan yang merupakan keinginan untuk mengetahui rahasia manusia. Dengan keempat unsure tersebut, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan, suatu cinta dapat dibina secara lebih baik.
Pengertian tentang cinta juga dikemukakan oleh Dr. Sarlito W. Sarwono. Dikatakannya bahwa cinta memiliki tiga unsure yaitu keterikatan, keintiman dan kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia. Kalau janji dengan dia harus ditepati, ada uang sedikit beli oleh-oleh untuk dia. Unsure yang kedua adalah keintiman, yaitu adanya kebiasaan –kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, ibu, saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan saying dan sebagainya. Makan dan minum dari satu piring-cangkir tanpa rasa risi, penjam meminjam baju, saling memakai uang tanpa rasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lainnya. Unsure yang ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen kalau jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa saying, dan seterusnya.
Selanjutnya Dr. Sarlito W. Sarwono mengemukakan bahwa tidak semua unsure cinta itu sama kuatnya. Kadang-kadang ada yang keterikatannya sangat kuat, tetapi keintiman atau kemesraannya kurang. Cinta seperti itu mengandung kesetiaan yang amat kuat, kecemburuannya besar, tetapi dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin atau hambar, karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan kemesraan atau keintiman. Misalnya cinta sahabat karib atau saudara sekandung yang penuh dengan keakraban, tetapi tidak ada gejolak-gejolak mesra dan orang yang bersangkutan masih lebih setia kepada hal-hal lain daripada partnernya.
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya. Hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih saying pada orang-orang, bekerja sama dengan dan memberi bantuan kepada orang lain. Oleh karena itu, Allah ketika memberi isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya sendiri, seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang terus menerus untuk memperoleh kebaikan serta kebakhilannya dalam memberikan sebagian karunia yang diperolehnya, setelah itu Allah langsung memberi pujian kepada orang-orang yang berusaha untuk tidak berlebih-lebihan dalam cintanya kepada diri sendiri dan melepaskan diri dari gejala-gejala itu adalah dengan melalui iman, menegakkan ibadah, memberikan zakat, bersedekah kepada orang-orang miskin dan tak punya dan menjauhi segala larangan Allah. Keimanan yang demikian ini akan bisa menyeimbangkan antara cintanya kepada diri sendiri dan cintanya pada orang lain dan dengan demikian akan bisa merealisasikan kebaikan individu dan masyarakat.
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S.Poerwadaminta adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang.
Dalam kehidupan berumah tangga, kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan, maka dalam berumah tangga keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cintaan, tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang.
Dalam kasih sayang sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntuk tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Bila salah satu unsure kasih sayang hilang, misalnya unsure tanggung jawab, maka retaklah keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran, terancamlah kebahagiaan rumah tangga itu.
Yang dapat merasakan kasih sayang bukan hanya suami atau istri atau anak-anak yang telah dewasa, melainkan bayi yang masih telah dapat mengenal suara atau sentuhan tangan ayah ibunya. Bagaiman sikap ibunya memegang/menggendong telah dikenalnya. Hal ini karena sang bayi telah mempunyai kepribadian.
Kasih sayang, dasar komunikasi dalam suatu keluarga. Komunikasi antara anak dan orang tua. Pada prinsipnya anak terlahir dan terbentuk sebagai hasil curahan kasih sayang orang tuanya. Pengembangan watak anak dan selanjutnya tak boleh lepas dari kasih sayang dan perhatian orang tua. Suatu hubungan yang harmonis akan terjadi bila hal itu terjadi secara timbale balik antara orang tua dan anak.
Suatu kasus yang sering terjadi, yang menyebabkan seseorang menjadi morfinis, keberandalan remaja, frustasi dan sebagainya, dimana semuanya dilatar belakangi kurangnya perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarganya.
Adanya kasih sayang ini mempengaruhi kehidupan si anak dalam masyarakat. Orang tua dalam memberikan kasih sayangnya bermacam-macam demikian pula sebaliknya. Dari cara pemberian cinta kasih ini dapat dibedakan :
· Orang tua bersifat aktif, si anak bersifat pasif.
Dalam hal ini orang tua memberikan kasih sayang terhadap anaknya baik berupa moral-materiil dengan sebanyal-banyaknya, dan si anak menerima saja, mengiyakan, tanpa memberikan respon. Hal ini menyebabkan si anak menjadi takut, kurang berani dalam bermasyarakat, tidak berani menyatakan pendapat, minder, sehingga si anak tidak mampu berdiri sendiri dalam masyarakat.
· Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat aktif
Dalam hal ini si anak berlebih-lebihan memberikan kasih sayang terhadap orang tuanya, kasih sayang ini diberikan secara sepihak, orang tua mendimakan saja tingkah laku si anak, tidak memberikan perhatian apa yang diperbuat si anak.
· Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat pasif
Disini jelas bahwa masing-masing membawa hidupnya, tingkah lakunya sendiri-sendiri, tanpa saling memperhatikan. Kehidupan keluarga sangat dingin, tidak ada kasih sayang, masing-masing membawa caranya sendiri, tidak ada tegur sapa jika tidak perlu, orang tua hanya memenuhi dalam bidang materi saja.
· Orang tua bersifat aktif, si anak bersifat aktif
Dalam hal ini orang tua dan anak saling memberikan kasih sayang dengan sebanyak-banyaknya. Sehingga hubungan antara orang tua dan anak sangat intim dan mesra, saling mencintai, saling menghargai dan saling membutuhkan.
Sumber :
Buku Seri Diktat Kuliah Ilmu Budaya Dasar, Universitas Gunadarma
Nama : Maria Rosa Prameswari
NPM : 14511293
Kelas : 1PA07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar