Jumat, 16 Januari 2015

TUGAS 3 - SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI


Nama  : Maria Rosa Prameswari
Kelas/NPM    : 4PA10/14511293

1.        Sejarah Artificial Intelligence
Artificial Intelligence diartikan secara luas sebgaia cabang dari ilmu komputer yang berhubungan dengan pengembangan komputer (perangkat keras) dan program-program komputer (perangkat lunak) yang mampu meniru fungsi kognisi manusia.
Mari perhatikan tugas kognitif sederhana yaitu memecahkan proses matematika. Banyak komputer mampu melakukan hal tersebut dengan cepat dan akurat, tetapi tidak mampu menirukan kognitif manusia. Ketika kita mendiskusikan tentang AI, biasanya berkaitan erat dengan Psikologi kognitif dan ilmu neurologi. Ide-ide dari bidang yang satu, misalnya ilmu neurologi, dapat digabungkan dengan bidang lainnya, misalnya AI dan mungkin juga nantinya ide-ide lain yang muncul dari Psikologi Kognitif dapat diterapkan dalam kedua bidang lain tersebut. Ketiganya (AI, Psikologi kognitif, dan ilmu neurologi) telah membentuk dasar dari ilmu kognitif.
AI dan Psikologi kognitif memiliki semacam hubungan simbiosis, masing-masing bagian mendapat keuntungan dari peningkatan bagian lainnya. Peningkatan pada cara-cara untuk meniru secara persis persepsi manusia, ingatan, bahasa, dan pikiran, tergantung pada pengertian bahwa proses ini dicapai oleh manusia. Perkembangan AI meningkatkan pentingnya memahami kognisi manusia.
Meskipun pengembangan Artificial Intelligence didedikasikan untuk mengembangkan mesin yang bertindak seakan pandai, kebanyakan dirancang tanpa bertujuan untuk meniru proses kognitif manusia. Bagaimanapun juga, ada beberapa penelitian yang memperhatikan perkembangan “kecerdasan” mesin yang meniru pemikiran manusia, yang ersepsinya terkadang disebut simulasi komputer (CS).
Pada masa awal teknologi komputer, para ilmuwan Artificial Intelligence (dan para penulis fiksi ilmu pengetahuan) memiliki impian luar biasa tentang robot dan mesin berpikir. Sebuah tulisan yang sangat berpengaruh ditulis pada awal tahun 1940an oleh seorang psikiater asal Chicag, W.S. McCulloch, serta mahasiswanya, W. Pitts. Dalam tulisan tersebut, memperkenalkan sebuah konsep yang memiliki pengaruh sangat besar bagi para ilmuwan komputer, termasuk Von Neumann dan juga para PDP. Berdasarkan konsep bahwa pikiran adalah hasil kerja otak, terutama bagian dasar otak atau simpul-simpul saraf, dianggap bahwa simpul-simpul saraf tersebut dapat dipandang sebagai “peralatan logika” yang beberapa simpul serta hubungannya dapat dipandang sebagai logika yang proporsional.
Dapatkah sebuah komputer dirancang untuk belajar? Manusia dapat belajar karena memiliki sinapsis yang dapat dimodifikasi. Kekuatan antara dua neuron akan meningkatkan ketika mereka diaktifkan secara terus menerus. Kita harus ingat bahwa komputer rakitan awal cukup jarang dan sangat mahal dan hanya dimiliki beberapa kaum elit intelektual yang penasaran dengan kemampuannya. Selama tahap-tahap awal pembentukan komputer, muncul beberapa pendapat fundamental mengenai manfaat dan kegunaan alat tersebut. Terdapat anggapan bahwa jika komputer diprogram dengan baik yaitu dengan diberi instruksi dan aturan yang benar, komputer akan mampu menyelesaikan operasi apapun, termasuk meniru pikiran manusia dengan efektif.
Sejauh ini kita telah gagal membuat mesin berpikir sesungguhnya, ataupun yang otaknya mirip dengan otak manusia. Bagaimanapun juga para ilmuan masih terus menganggap bahwa AI masih dalam tahap bayi. Setiap perspektif yang pernah disebutkan memiliki masalahnya masing-masing. Kasus awalnya sebagian besar program AI memiliki pemikiran yang kaku. Ketika saya bertanya berapakah akar kuadrat 7, Anda mungkin akan menjawab “Yah, diatas 8, dibawah 9. Sekitar 8,5.” Komputer akan menjawab 8,5440037... ketimbang melanjutkan rangkaian angka yang tak berujung, otak manusia seperti dirancang dengan luar biasa untuk menyelesaikan sebuah kekacauan melihat wajah yang familiar di tengah keramaian, meyetir di jalan Los Angeles, memahami makna yang dalam dari sebuah drama Chekov, ataupun merasakan lembutnya sutra yang membelai kulit kita. Sampai saat ini belum ada komputer yang mampu melakukan hal itu. Sementara itu, tidak ada manusia yang mampu menjawab pertanyaan akar kuadrat dalam hitungan milidetik, seperti yang dilakukan sebuah kalkulator tangan murahan.

2.        Artificial Intelligence dan Kognisi Manusia
Semua orang yang merangkai model proses distribusi paralel seperti neuron, telah bekerja keras untuk encoba menemukan solusi atas pertanyaan tentang otak sebagai mesin berpikir, dan apakah komputer mampu meniru kemampuan otak serta kognisi manusia.
Jawaban pertanyaan tadi mulai muncul setelah melalui riset psikologi selama  lebih dari satu abad, terutama melalui riset psikologi kognitif beberapa abad yang lalu. Apa ang telah kita pelajari mengenai mesin berpikir kita yang disebut otak, adalah bahwa mesin ini berbeda secara fundamental dibandingkan dengan komputer Von Neumann yang sekarang biasa digunakan, Mungkin Artificial Intelligence akan berperan lebih jauh jika komputer lebih menyerupai otak. Untuk menjernihkan masalah ini, disini ditampilkan rangkuman perbandingannya (pada tabel 1).

Komputer Berbasis Silikon (jenis Von Neumann
Otak Berbasis Karbon (Manusia)
Kecepatan proses
Dalam nanodetik
Dalam milidetik sampai beberapa detik
Jenis
Rangkaian prosesor (kebanyakan)
Prosesor paralel (kebanyakan)
Kapasitas penyimpanan
Sangat besar, untuk informasi berkode digital
Sangat besar, untuk informasi visual dan linguistik
Bahan-bahan
Silikon dan elektronik
Neuron dan organik
Kerjasama
Sangat patuh
Cukup kooperatif
Kemampuan belajar
Sesuai aturan yang ditetapkan
Konseptual
Fitur unggulan
Mampu memproses data yang sangat banyak dalam waktu yang singkat. Efisien dalam biaya, sudah teratur, mudah dirawat, dan dapat ditebak
Mampu membuat penilaian, kesimpulan, dan penyamarataan dengan mudah. Pergerakannya: memiliki bahsa, percakapan, vision, dan emosi
Fitur terburuk
Tidak mampu belajar sendiri dengan cepat; memiliki kesulitan dengan tugas kognitif manusia yang rumit, seperti pemahaman bahasa dan produksi
Memiliki kapasitas penyimpanan dan pemrosesan informasi yang terbatas; pelupa, dan cukup mahal dalam pemenuhan permintaan makanan, minuman, tidur, suhu udara yang sesuai sebagai tambahan atas egala kebutuhan-kebutuhan bio-psikologis lainnya (misal: cinta, kebutuhan untuk dimiliki, sex)
Tabel 1

Mereka bekerja dengan jenis mesin yang salah. Sepertinya kita berada di ambang gebrakan sebuah konsep atau mungkin pergantian paradigma dalam artificial intelligence, dimana langkah pertama sudah diambil untuk membuat komputer lebih mirip otak baik dalam struktur maupun prosesnya. Sistem jaringan neuron, model-model PDP, dan hubungannya telah menggoda ilmuwan untuk menemukan pronsip komputerisasi yang memerintah jaringan neuron pada sistem saraf manusia. Mereka melakukannya dengan cara yang tampak abstrak. Unit mewakili neuron, tetapi mengikuti tingkah laku neuron, yaitu bahwa unit bisa dipasangkan dengan unit yang lain. Hubungan diantara mereka bisa menguat atau melemah, lalu stabil, dan seterusnya (Churchland dalam Solso, 2008)
Sebuah konsep penting juga telah diajukan mengenai jaringan neuron yang juga masih dipelajari, yaitu melalui sistem seperti sinapsis (seperti infrastruktur otak) yang menghubungkan unit-unit, yang dapat berubah seiring dengan pengalaman.
Beberapa usaha telah berhasil. Cara pandang baru mengenai kognisi manusia telah menimbulkan banyak antusiasme di antara para pendukungnya. Bahkan seorang mahasswa yang kebetulan mempelajari tentang psikologi kognitif harus peka pada kontribusi penting terhadap dunia psikologi ini dan berperan serta pada perkembangannya di masa depan.

3.        Artificial Intelligence dan Sistem pakar
Eliza, salah satu program komputer pertama yang mampu berkomunikasi. Eliza ditulis oleh Joseph Weizenbaum pada tahun 1996. Beberapa revisi Eliza telah dibuat dari konsep aslinya. Pada satu program yang spesifik, bernama “Doctor”, Eliza mengambil peran seperti seorang psikiater. Pada contoh berikut ini, peran Eliza dicetak dalam huruf besar:
Semua pria sama
DALAM HAL APA
Mereka selalu menjadi gangguan bagi kita dalam berbagai hal
BISAKAH KAMU MEMBERIKAN CONTOH YANG LEBIH SPESIFIK
Yeah, pacarku membuatku datang ke sini
PACARMU MEMBUATMU DATANG KE SINI
Dia bilang aku depresi sepanjang waktu
AKU TURUT BERSEDIH MENDENGAR KAMU DEPRESI
Memang benar, aku tidak bahagia
APAKAH KAMU PIKIR DATANG KE SINI DAPAT MENOLONGMU MERASA BAHAGIA
Yang pasti aku butuh pertolongan
Percakapan tersebut mungkin akan dianggap seseorang sebagai percakapan yang timbul dalam wawancara antara seorang psikiater dan pasiennya. Bagaimanapun juga, mari kita coba telaah transkip tersebut lebih dalam. Respon dari komputer cenderung stereotipe, misalnya dia diprogram untuk merespon beberapa kunci kalimat dengan respon yang hanyalah merupakan transformasi dari kalimat aslinya. Seperti ketika “pasien” mengatakan kata kunci “I’am”, Eliza merespon dengan gaya tutur seperti “Aku turut bersedih mendengar kamu...” Jika tidak ada kata kunci yang ditemukan, komputer akan menjawab dengan ciri-cirinya yang tanpa isi, atau pada beberapa kasus, berakhir menjadi transformasi yang lebih awal. Kapasitas manusia dalam hal pengetahuan perasaan, kecenderungan, dinamika kelompok, dan seterusnya, terbentuk menjadi apa yang mau tidak mau kita sebut pengertian. Eliza kekurangan hal tersebut.

Parry, percakapan seperti apakah yang mungkin dihasilkan jika perannya dibalik, yaitu jika seorang psikiater berbicara pada pasien simulasi komputer. Colby, Hilf, Webber, dan Kraemer (1972) mensimulasikan seorang pasien, dan menyebut pragram ini Parry, karena ia mensimulaiskan seorang pasien paranoid. Mereka memilih seorang paranoid sebagai subjek karena beberapa teori menyebut bahwa proses dan sistem paranoia memang ada, perbedaan respon psikotis dan respon normalnya cukup hebat, dan mereka dapat menggunakan penilaian dari seorang ahli untuk mengecek keakuratan dari kemampuan pemisahan antara respon simulasi komputer dan respon manusia. Colby dan para rekan-rekan penelitian mengarahkan komputer tersebut untuk melakukan tes turing, dengan meminta sekelompok psikiater untuk mewawancarai Parry menggunakan pesan yang disampaikan dalam bentuk ketikan. Para juri (psikiater) diminta utnuk mengukur kadar paranoia dari keseluruhan respon.

Interview A
Dr.       Apakah ada sesuatu tentang seseorang yang bisa kau gambarkan?
Pt.        Beberapa orang tertentu
Dr.       Siapakah orang tertentu tersebut dan apa yang mereka lakukan?
Pt.        Tahukah Anda tentang aktivitas bawah tanah?
Dr.       Apa maksud Anda?
Pt.        Hauskah saya jelaskan?
Dr.       Mengapa Anda menanyakan tentang dunia bawah tanah?
Pt.        Apa yang Anda ketahui tentang dunia bawah tanah?
Dr.       Aku tidak tahu apa-apa tentang dunia bawah tanah, tetapi ketika Anda menyebutkan tentang hal itu, saya pikir Anda pasti pernah berhubungan dengan hal itu dan saya ingin tahu lebih banyak tentang dunia bawah tanah itu.
Pt.        Cobalah untuk menghindari dunia bawah tanah

Hasilnya mengindikasikan sulit dibedakannya model dan pasien dalam setting yang sangat spesial. Tentu saja, akan masuk akal jika timbul perdebatan atas kondisi penelitian yang dibuat-buat, bahwa diagnosa aktual seorang paranoia termasuk wawancara langsung yang mestinya banyak dilakukan, sehingga apabila para juri betul betul memahami maksud dari tugas tersebut, wawancara mereka mungkin akan jadi berbeda. Meskipun Colby, dan rekan-rekannya berhasil memprogram komputer yang mampu merespon serupa dengan respon seorang pasien paranoid, dimana program ini juga lulus tes, tetapi program ini masih jauh dari konsep model pemahaman lengkap dan produksi bahasa.

NETtalk
Program ini jenisnya cukup berbeda, berdasarkan pada jaring-jaring neuron, sehingga dinamakan NETtalk. Program ini dikembangkan oleh Sejnowski di sekolah medis Harvard dan Rosenberg di Universitas Princeton. Dalam program ini, NETtalk membaca tulisan dan mengucapkannya keras-keras. Model simulasi jaring neuron terdiri dari beberapa ratus unit “neuron” dan ribuan koneksi. NETtalk dalam “membaca keras-keras” dengan cara mengkonversi tulisan menjadi fenom-fenom, unti dasar dari suara sebuah bahasa. Sistem ini, seperti sistem-sistem lain yang sudah kita ketahui sebelumnya, memiliki tiga lapis: lapisan input, dimana setiap unit merespon sebuah tulisan; lapisan output, dimana unit menampilkan ke-55 fenom dalam bahasa Inggris; dan sebuah lapisan unti tersembunyi, dimana setiap unit ditambahkan koneksinya pada setiap unit input maupun output.
NETtalk membaca dengan memperhatikan setiap tulisan satu demi satu, dan dengan menscaning tiga tulisan pada setiap sisi demi sebuah informasi yang kontekstual. Disini lafal ‘e’ pada ‘net’, ‘neglect’, dan ‘red’ bisa ditangkap dengan bunyi yang berbeda. Setiap NETtalk membaca sebuah kata, program ini membandingkan pelafalannya dengan lafal yang benar yang disediakan manusia, kemudian menyesuaikan kekuatannya untuk memperbaiki setiap kesalahan.
Setelah melalui beberapa percobaan, NETtalk memberi perkembangan yang signifikan. Sejnowski melaporkan:
Kami membiarkannya untuk bekerja sepanjang malam. Pada awalnya program ini menghasilkan pembicaraan yang tidak jelas secara terus menerus. Saat itu program hanya menebak; program ini belum belajar menghubungkan fenom dan tulisan. Ketika program ini terus bekerja, program ini mulai bisa mengenali huruf vokal dan konsonan. Kemudian program ini menemukan adanya jarak antara kata-kata tersebut. Sekarang arus kata-kata tidak bermakna tersebut terpecahkan menjadi letupan pendek, yang dipisahkan oleh beberapa spasi. Pada akhir malam itu, NETtalk sudah membaca dengan cukup baik untuk dipahami, melafalkan sekitar 92% huruf dengan benar.
Aplikasi yang lebih praktis atas sistem ini cukup terlihat; apa yang mungkin tidak terlalu terlihat, tetapi dalam operasi jangka panjang menjadi terasa lebih penting, sebagai sebuah konsep yang menggebrak model sekarang yang terinspirasi oleh neuron.
Sejak Sejnowski dan yang lainnya menyadari hal ini, konteksnya beralih pada besarnya kepentingan uraian atas manusia dan mesin. Kita sekarang akan memperhatikan masalah pentig lainnya, masalah arti dan AI. Kebanyakan masalah ini jelas-jelas sudah diabaikan. Jika Anda memperhatikan sebuah transkrip tentang operator yang telah di komputerisasi pada TIVO, operatornya sudah sangat sulit dibedakan dengan operator yang “hidup”.      

4.        Penggunaan Artificial Intelligence sebagai expert system yang dapat digunakan untuk mendukung sistem pengambilan keputusan (diagnosa). Bagaimana kita dapat mengetahui dan memahami peran kontribusi Artificial Intelligence dalam Psikologi
Ada beberapa area dari Psikologi Kognitif yang sudah menjadi subjek argumentasi yang lebih heboh ketimbang perdebatan tersebut adalah orang-orang yang fanatik terhadap AI, yang percaya bahwa tidak hanya mesin mampu meniru kognisi manusia secara persis, tetapi juga bahwa proses intelektual tingkat tinggi mampu ditampilkan hanya oleh sebuah mesin. Tambahan yang logis atas pendapat ini adalah bahwa komputer harus disertakan secara langsung dalam pengambilan keputusan manusia setiap harinya.
Di sisi lain terdapat orang-orang yang menganggap AI sebagai konsep intelektual yang korup dan meyakini bahwa orang yang yakin atas keberadaan mesin berpikir adalah pemuja yang materialistis. Pikiran manusia adalah murni proses manusia, yang bahkan jika disintesis oleh mesin secara terpisah, tidak akan mampu diduplikasi oleh program-program AI.
Sebagai tiitk awal, sangatlah berguna untuk memperhatikan dikotomi yang diajukan oleh John Searle (1980), seorang filsuf dari Universitas California di Barkeley. Dia menggambarkan 2 jenis AI: AI lemah, yang dapat digunakan sebagai alat investigasi kognisi manusia, dan AI kuat, dimana komputer yang telah diprogram dengan baik memiliki ‘pikiran’ yang dapat memahami. AI lemah menimbulkan beberapa kontroversi; hampir semua orang menyadari pentingnya komputer dalam menyelidiki kognisi manusia. AI kuat yang disangkal Searle, telah menimbulkan gelombang protes. Marilah kita perhatikan tes antar sebuah jiwa murni melawan mesin yang diajukan oleh Alan Turning, seorang ahli matematika berkebangsaan Inggris.

Tes Turing
Turing (1950) menyusun sebuah tes yang melibatkan komunikasi antar manusia yang melontarkan pertanyaan dengan makhluk pengguna bahasa. Secara sederhana dirumuskan bahwa tugas manusia tersebut adalah memutuskan apakah makhluk tersebut manusia atau bukan. Tes Turing adalah sebuah penipuan terselubung yang memberi para ahli AI suatu hal konkrit untuk dikerjakan, dan mengalihkan perhatian mereka dari pikiran yang filosofis. Ketimbang menyebut sebuah filosofi secara langsung (seperti yang mungkin akan Turing lakukan apabila ia mempertimbangkan “Apakah kognisi adalah fungsi proses material, dan jika memang begitu, mampukah fungsi tersebut muncul dari sebuah mesin yang tidak alami?” atau “Apakah solusi dari masalah jiwa atau raga?”) Dia justru memilih cara yang jauh lebih cerdas untuk menanggapi pertanyaan tersebut, yaitu dengan membingkainya dengan operasionalisme. Karena adanya kebingungan yang masih tertinggal dalam kepustakaan tentang kealamian dari tes Turing yang ditawarkan.



Ruang China
Untuk mengilustrasikan pandangan tentang AI kuat yang mulai tidak dapat dipertahankan, Searle menawarkan tantangan berikut. Mari kita andaikan seseorang berada dalam ruangan yang dibatasi oleh tulisan-tulisan China dam mungkin tidak akan mampu membedakan antara kaligrafi China dengan skrip lainnya. Dari luar ruangan orang itu diberi satu set tulisan China lagi bersama dengan satu set aturan untuk membandingkan satu set tulisan yang pertama dan yang kedua. Aturan ditulis dalam bahasa Inggris sederhana dan hanya akan mengijinkan orang itu menghubungkan satu set simbol dengan satu set simbol lainnya. Dengan aturan penghubungan yang sudah ada, orang yang berada di Ruang China mampu memberikan jawaban berarti atas pertanyaan tentang isi tulisan tersebut, meskipun orang itu tidak peduli dengan bahasanya.Setelah beberapa saat, orang itu menjadi cukup terlatih untuk menjawab pertanyaan dalam Bahasa Inggris (bahasa asli orang tersebut) dan dalam bahasa China (bahasa yang tidak diketahui oleh orang itu, tapi mampu digunakan untuk merespon berdasarkan aturan yang diberikan). Hasilnya sangat memuaskan “betul-betul sulit dibedakan dengan mereka yang memang berbahasa China”. Orang dalam ruang China tersebut adalah produk instan sederhana sebuah program komputer: data masuk-data keluar. Searle menanggapi argumentasi ini selangkah lebih jauh. Dengan mampu berfungsi baik dalam menerjemah aturan rumit, bukan berarti sesuatu yang mampu menampilkan fungsi tersebut paham dengan maksud dari apa yang dia hasilkan. Pikiran manusia memiliki tujuan tertentu yang menggambarkan sebagai “bagian dari sikap mental dan kejadian tertentu dimana pikiran diarahkan pada objek dan beberapa permasalahan di dunia”. Sikap mental ini mencakup kepercayaan, ketakutan, hasrat, dan tujuan. Tidak peduli betapa sulitnya membedakan pikiran manusia yang palsu dengan yang sesungguhnya, keduanya tidaklah sama karena tujuan dari manusia yang berpikir tersebut, dan karena perbedaan fisik para pemikir tersebut. Salah satu dihasilkan secara alami, sementara yang lainnya secara elektronik.

Daftar Pustaka
Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. (2008). Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga


TUGAS 2 - SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

NAMA : MARIA ROSA PRAMESWARI
KELAS/NPM : 4PA10/14511293

TUGAS 2

A. Pengertian Arsitektur Komputer

       
Desain arsitektur komputer adalah perancangan bagaimana sistem akan didistribusikan di antara komputer-komputer yang ada dan perangkat lunak dan perangkat keras apa yang  akan digunakan untuk masing-masing komputer. Dalam desain arsitektur terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan yaitu (Alfatta, 2007):
1.   Spesifikasi dari perangkat lunak dan perangkat keras
2.   Deskripsi detail dari komponen perangkat lunak atau perangkat keras

       Tujuan dari desain arsitektur komputer sendiri adalah untuk menentukan komponen perangkat lunak mana yang akan diinstal ke perangkat keras yang tersedia.


B. Struktur Kognisi Manusia
       Cognitive-structural theories look at the way people think.  It should be noted, though, that these theories are not concerned with what people think, just how.  (Evans, et al., 1998, Pascarella & Terenzini, 2005).
A cognitive structure is the mental representation of an object or idea (John, J.S., 1991).
Dapat disimpulkan bahwa struktur kognitif merupakan representasi mental terhadap objek atau ide. Struktur kognitif tidak berfokus pada apa yang manusia pikirkan, tapi bagaimana manusia berpikir.


C. Kaitan antara Struktur Kognitif Manusia dan Arsitektur Komputer
      Pada dasarnya struktur kognitif manusia memiliki cara kerja yang sama dengan komputer, yaitu Input (Pemasukkan informasi), Storage (Pemrosesan Informasi), dan Output (Pengeluaran Informasi).


D. Kelebihan dan Kekurangan Arsitektur Komputer dengan Struktur Kognitif Manusia

       
Robert L. Solso, Otto H. Maclin, dan M. Kimberly Maclin (2007) menyatakan bahwa walaupun komputer memiliki banyak kelebihan, namun komputer juga memiliki banyak kekurangan dibandingkan dengan kognitif manusia, yaitu:

     Kelebihan:
1.      Pada umumnya komputer dapat melakukan operasi matematika dan logika dengan sangat cepat
2.      Komputer dapat menguji model-model kognitif dengan sumber daya ruang dan waktu yang lebih hemat
3.      Dalam waktu yang sama, komputer dapat melakukan ribuan simulasi dan menghasilkan ribuan data, dan lain-lain

     Kelemahan:
1.   Komputer tidak memiliki emosi seperti manusia
2.   Komputer tidak dapat melakukan generalisasi
3.   Komputer tidak mampu memahami pola-pola yang kompleks
4.   Komputer tidak mampu membuat kesimpulan
5.   Manusia lebih unggul dalam mengenali wajah, dan lain-lain


Contoh kasus:
Sebuah contoh perbandingan model kognitif dengan model PDP (terkait pengenalan wajah). Keunggulan model komputer adalah bahwa elemen-elemennya saling terhubung, dan parameter-parameternya dapat diukur sehingga secara akurat menghasilkan operasi pengenalan wajah yang serupa dengan kemampuan otak manusia mengenali wajah. Model kognitif mendeskripsikan proses ini, sedangkan model komputer mensimulasikan prosesnya.

Analisis:
Berdasarkan contoh kasus diatas, bahwa semakin lama komputer akan dirancang sedemikian rupa sehinnga menyerupai sistem kerja kognitif manusia. Karena pada dasarnya sistem kerja kognitif manusia dan komputer memiliki kesamaan, yaitu adanya input - proses - output. Namun demikian, baik komputer maupun kognitif manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing sehingga diharapkan dapat saling melengkapi satu sama lain demi mempermudah pekerjaan manusia.

Sumber:

Alfatta, H. 2007. Analisis dan Perancangan Informasi. Yogyakarta: Andi Offset

Skowronski, J.J.,The Law of Cognitive Structure Activation. 1991. Madison. University of Wisconsin. Jurnal: Diterbitkan

Solso, R., Maclin, O. H., dan Maclin, M.K. Psikologi Kognitif. 2007. Jakarta: Erlangga

http://studentaffairs.webs.com/cognitivestructural.htm


TUGAS 1 - SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

NAMA           : MARIA ROSA PRAMESWARI
KELAS          : 4PA10
NPM               : 14511293

1.)   Informasi: data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat. Jadi ada suatu proses transformasi data menjadi suatu informasi == input - proses – output.
Data merupakan raw material untuk suatu informasi. Perbedaan informasi dan data sangat relative tergantung pada nilai gunanya bagi manajemen yang memerlukan. Suatu informasi bagi level manajemen tertentu bisa menjadi data bagi manajemen level di atasnya, atau sebaliknya.

Sedangkan sistem informasi adalah suatu sistem terintegrasi yang mampu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya Atau Sebuah sistem terintegrasi atau sistem manusia-mesin, untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen dalam suatu organisasi.

Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, model manajemen dan basis data.
Dari definisi di atas terdapat beberapa kata kunci :
1.      Berbasis komputer dan Sistem Manusia/Mesin
·         Berbasis komputer: perancang harus memahami pengetahuan komputer dan pemrosesan informasi
·         Sistem manusia mesin: ada interaksi antara manusia sebagai pengelola dan mesin sebagai alat untuk memroses informasi. Ada proses manual yang harus dilakukan manusia dan ada proses yang terotomasi oleh mesin. Oleh karena itu diperlukan suatu prosedur/manual sistem.
2.      Sistem basis data terintegrasi
·         Adanya penggunaan basis data secara bersama-sama (sharing) dalam sebuah data base manajemen system.
3.      Mendukung Operasi
·         Informasi yang diolah dan di hasilkan digunakan untuk mendukung operasi organisasi.

2.)    Penggunaan Sistem Informasi dalam Psikologi
Suatu sistem terintegrasi yang mampu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya. Ada juga yang menyebutkan sebuah sistem terintegrasi atau sistem manusia-mesin untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen dalam suatu organisasi. Secara umum, bias disimpulkan bahwa sistem informasi psikologi adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan psikologis. Penggunaan sistem informasi dalam psikologi dimungkinkan karena banyak hal dalam dunia psikologi yang masih bisa dikelola dengan sentuhan komputerisasi. Misalnya penggunaan tes psikologi secara virtual, penggunaan eye-tracking dan yang terbaru adalah teknologi virtual reality yang memungkinkan seseorang untuk mengurangi bahkan menyembuhkan gangguan psikologis seperti ADHD, PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), dan beragam fobia. Contoh nyatanya adalah banyaknya tes-tes psikologi yang dulu diberikan secara manual sudah bisa di komputerisasi seperti Papikostik, hal ini merupakan kerja sama antara bidang ilmu komputer dan psikologi yang pada akhirnya bermanfaat untuk peningkatan kualitas tes psikologi itu sendiri.

E-Counseling merupakan salah satu bentuk nyata aplikasi Teknologi Informasi dalam bidang Psikologi. Internet menawarkan suatu proses psikoterapis yang menggunakan suatu media komunikasi yang baru, dimana melalui media tersebut mereka dapat memberikan intervensi psikoterapi itulah yang disebut dengan E-counseling atau email counseling. Email counseling merupakan pelayanan intervensi psikologi yang dilakukan melalui internet, dimana proses terapi lebih dahulu dilakukan melalui media ini, untuk kemudian menyusun rencana dalam melakukan intervensi psikologis secara face-to-face akan dilakukan. Fungsi dari e-counseling adalah untuk membantu terapis dalam mengumpulkan sejumlah data yang terkait dengan kliennya sebelum akhirnya terapis dan klien sepakat untuk bertemu secara langsung untuk melakukan proses terapis selanjutnya.

Selasa, 01 April 2014

PSIKOTERAPI

PENGERTIAN PSIKOTERAPI
Menurut Wolberg psikoterapi adalah sebagai bentuk  perawatan (atau perlakuan, treatment) terhadap masalah yang timbul yang asalnya dari faktor emosi pada mana seorang yang terlatih, dengan terencana mengadakan hubungan profesional dengan pasien.

TUJUAN PSIKOTERAPI
Menurut Wolberg, psikoterapi memiliki tujuan untuk memindahkan, mengubah sesuatu simtom dan mencegah agar simtom tidak muncul pada seorang yang terganggu perilakunya, untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi secara lebih positif.

UNSUR-UNSUR PSIKOTERAPI
Masserman (1984) melaporkan delapan “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, yaitu :
  •  Peran sosial (martabat)
  •  Hubungan Ipersekutuan tarapeutik)
  • Hak
  • Retrospeksi
  • Reduksi
  • Rehabilitasi, memperbaiki gangguan perilaku berat
  • Resosialisasi
  • Rekapitulasi


PERBEDAAN PSIKOTERAPI DAN PSIKOLOGI KONSELING
Perbedaan konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson & Rudolph (1983), sebagai berikut:
1.      Konseling untuk ....
a.      Klien
b.      Gangguan yang kurang serius
c.       Masalah: jabatan, pendidikan
d.      Berhubungan dengan pencegahan
e.      Lingkungan pendidikan dan nonmedis
f.        Berhubungan dengan kesadaran
g.      Metode pendidikan
2.      Psikoterapi untuk ....
a.      Pasien
b.      Gangguan yang serius
c.       Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
d.      Berhubungan dengan penyembuhan
e.      Lingkungan medis
f.        Berhubungan dengan ketidaksadaran
g.      Metode penyembuhan

PSIKOTERAPI MELAKUKAN BERBAGAI PENDEKATAN TERHADAP MENTAL ILLNESS
1.      Psychoanalysis & Psychodynamic
Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychodynamic (Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist dari Austria. Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif.
Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).
Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.
2.      Behavior Therapy
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”.
Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".
Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.
Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya.
3.      Cognitive Therapy
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.
Tujuan utama dalam pendekatan kognitif adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan kognitif adalah Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT)  dan sebagainya.
4.      Humanistic Therapy
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy, Client Cantered Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family Therapies, Transpersonal Psychotherapy dan Existential Psychotherapy.
5.      Integrative/Holistic Therapy
Integrative Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan. Seperti seorang klien yang mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh karena itu, digunakan beberapa metode psikoterapi dan beberapa pendekatan sekaligus.

BENTUK-BENTUK UTAMA TERAPI
Berdasarkan tujuan dan pendekatan metodis, Wolberg membagi perawatan psikoterapi menjadi tiga (3) tipe, yaitu :
1.      Penyembuhan Supportif (Supportive Therapy)
Merupakan perawatan dalam psikoterapi yang mempunyai tujuan untuk :
a.      Memperkuat benteng pertahanan (harga diri atau kepribadian)
b.      Memperluas mekanisme pengarahan dan pengendalian emosi atau kepribadian
c.       Pengembalian pada penyesuaian diri yang seimbang.
Penyembuhan supportif ini dapat menggunakan beberapa metode dan  teknik pendekatan, diantaranya :
a.      Bimbingan (Guidance)
b.      Mengubah lingkungan (Environmental Manipulation)
c.       Pengutaraan dan penyaluran arah minat
d.      Tekanan dan pemaksaan
e.      Penebalan perasaan (Desensitization)
f.        Penyaluran emosional
g.      Sugesti
h.      Penyembuhan inspirasi berkelompok (Inspirational Group Therapy)
2.      Penyembuhan Reedukatif (Reeducative Therapy)
Suatu metode pnyembuhan yang mempunyai bertujuan untuk mengusahakan penyesuaian kembali, perubahan atau modifikasi sasaran/tujuan hidup, dan untuk menghidupkan kembali potensi. Adapun metode yang dapat digunakan antara lain
a.      Penyembuhan sikap (attitude therapy)
b.      Wawancara (interview psychtherapy)
c.       Penyembuhan terarah (directive therapy)
d.      Psikodrama, dll
3.      Penyembuhan Rekonstruktif (Reconstructive Therapy)
Penyembuhan rekonstruktif mempunyai tujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik yang tidak disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan untuk perluasan pertunbuhan kepribadian dengan mengembangkan potensi. Metode dan teknik pendekatannya antara lain :
a.      Psikoanalisis
b.      Pendekatan transaksional (transactional therapy)
c.       Penyembuhan analitik berkelompok


SUMBER:
Corey, Gerald. (2009). Teori Konseling dan Psikoterapi. PT Refika Aditama.
Corsini, R.J. & Wedding, D. (2011). Current Psychotherapies. Ed. 9. Belmont: Brooks/Cole.
Singgih, Gunarsa. (2004). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Supriyadi T, Indrawati E. (2005). Psikologi Konseling.  Semarang: Antari Cipta Sejati.
Wolberg L.R. (1977). What is Psychotherapy?  in  The Technique os Psychotherapy, Part One, Grune & Stratton. New York, San Fransisco, London.