Sabtu, 24 Maret 2012

Penanganan Autisme di Indonesia Memprihatinkan

Solo, 17 Juli 2010 14:08
Pakar penanganan penyandang autisme/Presiden Masyarakat Peduli Autisme Indonesia (MPAI), Gayatri Pamoedji, menilai, penanganan terhadap penyandang autisme di Indonesia masih memprihatinkan.

"Kondisi memprihatinkan tersebut terjadi baik pada sikap pemerintah maupun masyarakat," kata Gayatri di Solo, Sabtu (17/7).

Menurutnya, penanganan autisme oleh dua lini tersebut saat ini masih sekitar 50 persen dari kondisi ideal.

"Sebenarnya yang paling disayangkan adalah penanganan autisme oleh pemerintah karena mereka seharusnya menjadi `motor` utama dalam upaya penanganan tersebut," kata dia.

Dia mengatakan, dalam pendataan jumlah pengidap autisme di Indonesia, pemerintah dinilai sangat tidak maksimal, karena data terakhir adalah jumlah pengidap autisme pada 2004 yang sebanyak 400.000 orang.

"Data tersebut sudah kadaluarsa sehingga akan menyulitkan upaya pemetaan dan penanganan pengidap autisme," kata Gayatri.

Sudah bertahun-tahun, lanjut dia, pihaknya meminta Kementerian Kesehatan untuk segera mendata ulang jumlah pengidap autisme.

"Belum lama ini dalam sebuah acara seminar saya yang juga dihadiri Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih, Menkes berjanji Depkes akan segera mendata ulang jumlah pengidap autisme," kata dia.

Selain itu, lanjutnya, upaya lain yang hingga saat ini belum dilakukan pemerintah adalah pengadaan pusat penanganan pengidap autisme, tempat seperti itu hingga saat ini belum ada di Indonesia.

"Kalaupun ada, itu juga didirikan oleh kalangan lembaga swadaya masyarakat dan tidak hanya secara khusus menangani masalah autisme," kata dia.

Kurang berperannya pemerintah dalam menjadi motor untuk menangani masalah autisme, menurutnya, juga memeiiki andil pada kondisi kurang sadarnya masyarakat dalam menangani anggota keluarganya yang menjadi pengidap autisme.

"Upaya untuk meningkatkan kualitas penanganan autisme di Indonesia sudah sangat diperlukan karena itu juga menjadi langkah bangsa ini dalam menghapus diskriminasi dalam semua hal, termasuk hak-hak warga pengidap autisme untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak," kata dia.

Sebagai perbandingan, kata dia, penanganan autisme di Australia, sejumlah negara Eropa Barat, serta Amerika Serikat bisa menjadi contoh ideal.

"Selain menjadi motor penggerak kesadaran masyarakat dalam menangani autisme, pemerintah juga menyediakan pusat-pusat penanganan autisme serta memberi subsidi kepada keluarga yang anggotanya ada yang menjadi pengidap autisme," kata dia.

Kondisi seperti itu, menurutnya, dapat menciptakan sinergi yang baik sehingga masalah autisme bukan jadi hal yang dikesampingkan.

Dia mengharapkan, pemerintah dapat menjadi motor penggerak dan memberikan ruang lebih dalam penanganan autisme.

"Masyarakat juga diharapkan dapat lebih tergerak untuk tidak hanya mengerti, tetapi juga tahu harus bagaimana menanganinya," katanya. [TMA, Ant] 


Sumber 
http://arsip.gatra.com/artikel.php?id=139824 

Jumat, 23 Maret 2012

TEMPAT WISATA TERINDAH DI DUNIA

Tuhan amat sangat maha besar. Ia menciptakan segala sesuatu nya sangat indha dan sempurna. Ada banyak tempat yang menunjukkan betapa indah segala ciptaan-Nya. Seperti yang akan saya jelaskan, saya akan memberikan beberapa tempat yang sangat indah yang telah Tuhan ciptakan kepada kita umat-Nya dan kita sebagai umat-Nya harus bisa menjaga nya dengan sebaik mungkin.


COUSINE ISLAND
Cousine Island adalah salah satu pulau terpencil paling visual yang menakjubkan di dunia, luas pulau tersebut hanya 62 hektar tetapi keindahan dari pulau ini sungguh luar biasa, memberikan ketenangan dalam diri Anda,dan membuat hidup Anda lebih berwarna. Cousine Island adalah salah satu dari 115 pulau di Seychelles dan menawarkan keindahan alam tak tersentuh. Pulau ini dimiliki oleh sebuah resor pribadi eksklusif. Jika Anda ingin pergi di sini, anda akan diangkut dengan helikopter. Pulau ini Penuh dengan tumbuhan subur dan segala macam burung dan kura-kura, Cousine Island adalah seperti Taman Eden dunia modern. 

NECKER ISLAND
Necker Island adalah salah satu permata dari British Virgin Islands dan dibuat oleh Sir Richard Branson. Biaya menginap untuk satu malam adalah sebesar USD $ 53.000. Dan anda akan mendapatkan oasis pribadi untuk anda dan tamu anda (dan staf 60 tentunya).Pulau Necker terletak di British Virgin Islands di utara Virgin Gorda. Terletak di kawasan Karibia, pulau seluas 74 acre ini dikelilingi oleh air laut khas Karibia yang berwarna biru kehijauan, terumbu karang dan pantai berpasir indah.
 
MNEMBA ISLAND


Mnemba Island memiliki pasir putih yang indah dan perawan kompleks scuba diving dengan formasi karang yang indah di bawah laut, habitat penyu raksasa, dan 10 pondok eksklusif untuk menikmati matahari terbenam yang indah. Mnemba Island Lodge, pemenang penghargaan permata terletak di pulau pribadi mendebarkan indah Mnemba, adalah 4,5 belaka kilometer (2.8 mil) dari dari ujung utara-timur Zanzibar. Mnemba Pulau Lodge utama surga pemimpi pantai pengalaman, dikelilingi oleh terumbu karang atol di Samudera Hindia. Pandangan romantis, eksklusif dan mewah pedesaan adalah alasan yang cukup untuk menikmati keindahan tak tertandingi ini pulau surga tanpa alas kaki.


RAJA AMPAT


Kepulauan Raja Ampat, pernah mendengar? Tentu, karena kepulauan ini sangat terkenal di penjuru bumi dan hebatnya, terletak di Pulau Papua Bagian barat. Raja Ampat adalah tempat wisata yang kaya akan keindahan lautnya. Raja Ampat adalah Raja Terumbu Karang. Jadi bagi anda yang menyukai diving atau menyelam, belum lengkap rasanya jika belum pernah menyelam di kepulauan Raja Ampat.
Asal mula nama Raja Ampat menurut mitos masyarakat setempat berasal dari seorang wanita yang menemukan tujuh telur. Empat butir di antaranya menetas menjadi empat orang pangeran yang berpisah dan masing - masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat. Sementara itu, tiga butir telur lainnya menjadi hantu, seorang wanita, dan sebuah batu.
Dalam perjalanan sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat nelayan dan menerapkan sistem adat Maluku. Dalam sistem ini, masyarakat merupakan anggota suatu komunitas desa. Tiap desa dipimpin oleh seorang raja. Semenjak berdirinya dua kesultanan muslim di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian klaim dari Kesultanan Tidore. Setelah Kesultanan Tidore takluk dari Belanda, Kepulauan Raja Ampat menjadi bagian klaim Hindia - Belanda.

Sumber :

Kamis, 15 Maret 2012

PERANAN TOKOH IBU DALAM PERAWATAN BAYI

Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat adanya hubungan yang terus menerus antara ibu atau pengganti ibu dengan bayi. Dengan sendirinya hal ini menimbulkan hubungan timbal-balik, yang secara berangsur-angsur akan menumbuhkan perasaan kasih sayang antara kedua pihak. Sifat hubungan ibu dan anak akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak di kemudian hari. Hubungan yang kaku dan dingin, penuh rasa permusuhan, akan memupuk kelak sifat suka melawan pada anak. Hubungan yang demikian juga merupakan sebab terbentuknya individu-individu yang bertipe anti sosial.

M. Rutter menyebutkan enam sifat yang dianggapnya merupakan kualitas perawatan pada bayi, yaitu:

  1. Adanya hubungan cinta kasih
  2. Adanya keterikatan
  3. Adanya hubungan yang tidak terputus
  4. Adanya rangsang untuk berinteraksi
  5. Hubungan dengan seorang individu
  6. Perawatan dirumah sendiri
Hubungan yang ada antara anak dengan orang-orang dewasa dalam rumah tangga itu menyebabkan tumbuhnya keterikatan. Tetapi eratnya keterikatan itu bisa berbeda, sesuai dengan intensitas jalinan hubungan mereka dengan si anak. Rasa cemas yang sering dialami anak juga dapat meningkatkan intensitas keterikatan, karena anak dapat memperoleh perasaan aman berdekatan dengan ibu atau pengasuhnya. Adakalanya keterikatan anak dengan pengasuh lebih besar daripada dengan ibu sendiri, tetapi hubungan ini terputus karena pengasuh tidak lagi bekerja. Dalam hal demikian anak masih bisa memperoleh kembali keterikatan dengan ibu, sehingga dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa keterikatan itu bukan saja tumbuh oleh karena intensitas pergaulan, tetapi juga karena pergaulan itu tidak terputus antara ibu dan anak. Interaksi antara ibu atau pengasuh dengan anak dapat juga dipandang sebagai interaksi yang memberi rangsangan. Anak dirangsang untuk berkembang dan belajar banyak hal, terutama dalam memberikan respon-respon tingkah laku yang bervariasi.

Sistem kekeluargaan di Indonesia memang belum membuka kemungkinan yang luas untuk mendirikan lembaga penitipan bayi. Dalam rumah tangga umumnya masih terdapat orang dewasa lain selain ayah dan ibu. Jika kedua orangtua bekerja masih ada orang dewasa yang dapat dipercaya untuk merawat dan mengasuh anaknya. Jadi disini terjadi perawatan yang diberikan lebih dari satu orang atau dalam terminologi disebut dengan "multiple mothering". Kebanyakan perawatan dilakukan di tengah keluarga sendiri. Kepustakaan pun menyebutkan bahwa "mothering" demikian dianggap lebih baik bagi perkembangan jiwa anak daripada di lembaga-lembaga penitipan anak.

E. Erikson, menanamkan tahap pertama dari kehidupan bayi itu sebagai pengalaman untuk memperoleh "dasar kepercayaan" atau "dasar ketidak percayaan". Dalam tahap ini bayi sedikit mungkin pengalaman rasa takut atau tidak pasti. Jika bayi dapat mencapai hal ini maka ia akan berkembang dengan memperluas kepercayaannya pada perkembangan lebih lanjut. Sebaliknya rasa tidak berdaya timbul dari ketidak puasaan secara fisik dan pengalaman-pengalaman psikologis yang mengakibatkan ketakutan dalam menghadapi situasi-situasi yang akan datang. Disini Erikson menganggap dalam masa menyusu pada bayi, mulut sebagai penghubung bayi dengan dunia luar. Kalau Freud menekankan kepuasan oral, maka Erikson menekankan peranan orangtua dalam membina kepercayaan bayi terhadap dunia luarnya. Dasar kepercayaan yang terbentuk pada masa ini membantu bayi sebagai individu untuk mengembangkan diri dan menerima pengalaman-pengalaman baru. Sementara itu dapat pula terjadi kemungkinan terbentuknya rasa tidak percaya.

Selama tahap oral, ibu atau orang yang merawatnya memainkan peranan terbesar dalam lingkungannya serta merupakan obyek utamanya. Ayah baru kemudian mendapat giliran untuk dijadikan obyek yang penting. Sentuhan dengan tubuh ibu dapat memberikan perasaan aman. Kesenangan juga diperoleh dalam menikmati peluk ibu dan irama buaiannya. Hal tersebut menunjukkan adanya respon dari bayi terhadap perlakuan yang diterimanya, dan respon itu akan bermakna positif bagi perkembangan jiwanya bila perlakuan yang diterimanya dilandasi oleh perasaan cinta. Sebaliknya bayi dapat juga merasakan ketiadaan cinta ibu atau orang yang merawatnya, karena itu responnya dengan sendirinya berlainan, hal inilah yang disebut oleh Erikson sebagai suatu dasar terbentuknya rasa tidak percaya.

Setelah bayi mengenal ibunya dan dapat membedakan dari orang dewasa lainnya, mulailah timbul "keterkaitan" terhadap si ibu dan kadang-kadang menyebabkan bayi takut kepada orang lain yang tidak dikenalnya. Ibu yang merupakan obyek yang dikenal, memberikan rasa aman oleh kehadirannya. Orang dewasa lain yang tak dikenal menimbulkan perasaan tak tenteram yang merangsang rasa was-was pada bayi. Ia tahu bahwa akan selalu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Keterikatan bayi pada ibunya menurut Freud dimulai dari situasi memberi makan dan menurut Erikson bermula pada pergaulan yang terjadi terus-menerus antara ibu dan bayi, sedangkan cara ibu memberi makan bayi akan memperkuat keterikatannya.

Menurut P.H. Mussen dkk., pada ibu yang menyusui sendiri, situasi pemberian makanan akan menimbulkan kesenangan pula bagi si ibu di mana ia mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk memeluk anak, merapatkan tubuhnya dan memberikan "support" pada bayi dan juga perangsangan pada alat indra bayi. Sikap memeluk memungkinkan anak lebih aktif dalam memberikan respon gerakan terhadap si ibu. Tetapi situasi ini dapat pula terjadi pada ibu-ibu yang melakukan pemberian makan bayinya dengan botol susu yaitu jika anak di gendong atau dipangku serta dirangsang pula untuk bicara ataupun bermain-main. Lain halnya bila ibu memberikan botol dan meninggalkan anak sendirian, cara pemberian makan yang secara psikologis kurang menumbuhkan rasa keterikatan pada bayi.

Ada dugaan bahwa bayi bisa mengembangkan suatu skema yang kaya atau suatu "Mental Image" ini berhasil dikembangkan karena adanya keterkaitan antara ibu dan anak. Ibu itu menjadi tempat bayi menggantungkan keterikatannya dengan akibat bayi cenderung memberikan reaksi takut atau menjauhkan diri dari orang asing yang berbeda dengan ibunya. Gejala ini disebut "stranger anxiety" atau takut kepada orang yang asing baginya, yang biasanya hanya suatu keadaan sementara yang dialami anak pada usia antara 6 sampai 8 bulan. Atas dasar inilah timbulnya anggapan bahwa bayi itu sudah berhasil mengembangkan skema yang kaya atau "metal image" tentang wajah ibu atau pengasuhnya, yang menyebabkan ia dapat membedakan dari orang asing. Jika anak sudah dibiasakan sering bertemu dengan orang-orang yang asing baginya maka reaksi tidak lagi berupa sikap ketakutan. Keterikatan anak terhadap ibunya belum sempurna sebelum anak itu mencapai usia dua tahun, oleh sebab itulah orangtua yang akan mengadopsi anak lebih disarankan oleh lembaga adopsi untuk sendini mungkin usia anak itu setidaknya di bawah usia dua tahun, oleh karena makin terikat hubungannya dengan si ibu, makin sulit menghadapi perubahan lingkungan. Walaupun pengalaman usia yang singkat ini yaitu hanya dua tahun. tetapi merupakan dasar untuk persiapan perkembangan dirinya ke tingkat yang lebih lanjut, misalnya dalam perkembangan sosialnya dapat menimbulkan kemungkinan hambatan dan akan mempengaruhi hubungannya kelak terhadap antar manusia.

Sumber :
Buku Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, karya Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa dan Dra. Yulia Singgih D. Gunarsa

Nama : Maria Rosa Prameswari
NPM : 14511293
Kelas :1PA07

PRINSIP PERKEMBANGAN

  1. Perkembangan tidak terbatas dalam arti tumbuh menjadi besar tetapi mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progresif, teratur, koheren dan berkesinambungan. Jadi antara satu tahap perkembangan dengan tahap perkembangan berikutnya tidak terlepas, berdiri sendiri-sendiri.
  2. Perkembangan dimulai dari respons-respons yang sifatnya umum menuju ke yang khusus. Contohnya, seorang bayi mula-mula akan bereaksi tersenyum bila melihat setiap wajah manusia. Dengan bertambahnya usia bayi, ia mulai bisa membedakan wajah-wajah tertentu.
  3. Manusia merupakan totalitas (kesatuan), sehingga akan ditemui kaitan erat antara perkembangan aspek fisik-motorik, mental, emosi, dan sosial. Perhatian yang berlebihan atas satu segi akan mempengaruhi segi lain. Dimisalkan orangtua yang terlalu mengutamakan segi mental (misalnya kecerdasan) menyebabkan anak dibesarkan dalam suasana yang penuh dengan aturan-aturan, tuntutan-tuntutan atau kegiatan-kegiatan yang semuanya ditujukan untuk menunjang keberhasilan di bidang intelektual. Anak mungkin akan berhasil menjadi "bintang pelajar", tetapi apakah pernah ditelaah bagaimana kondisi fisiknya, bagaimana kehidupan emosi dan sosialnya? Apakah anak ini lincah, ceria dan bahagia seperti anak-anak lain seusia nya?
  4. Setiap orang akan mengalami tahapan perkembangan yang berlangsung secara berantai. Meskipun tidak ada garis pemisah yang jelas antara satu fase dengan fase lainnya, tahapan perkembangan ini sifatnya universal. Dalam perkembangan bicara misalnya, sebelum seorang anak fasih berkata-kata terlebih dahulu ia akan mengoceh.
  5. Seiap fase perkembangan memiliki ciri dan sifat yang khas sehingga ada tingkah laku yang dianggap sebagai tingkah laku buruk atau kurang sesuai yang sebenarnya merupakan tingkah laku yang masih wajar untuk fase tertentu itu. Setelah seorang anak melewati masa bayi dimana ia mula-mula tidak berdaya, dengan dikuasai dan diperolehnya kemampuan baru menyebabkan bayi ini menjadi lebih ingin mandiri. Ia tidak lagi mau di gendong dan diberi dot seperti pada waktu usia dini tetapi berusaha lari kesana kemari dan menolak makanan yang tidak disukainya. Para orangtua sering mengomentari perubahan kelakuan ini sebagai "dulu ia manis, patuh, sekarang jadi bandel dan keras kepala". Para ahli mengemukakan bahwa antara masa tenang atau equilibrium (dimana anak mudah diatur, penurut) dan masa disequilibrium atau tidak tenang (dimana anak sukar diatur, mudah tersinggung, gelisah) pada seorang anak akan terjadi silih berganti sebagaimana alur dari sebuah spiral yang bergerak keatas. Namun justru adanya perubahan-perubahan itulah merupakan ciri terjadinya perkembangan.
  6. Karena pola perkembangan mengikuti pola yang pasti, maka perkembangan seseorang dapat diperkirakan. Seorang anak yang dilahirkan denganm faktor bawaan yang "kurang" dari anak lain, dalam perkembangan selanjutnya akan menampakkan suatu kecenderungan perkembangan yang relatif lebih lambat dari anak seusianya.
  7. Perkembangan terjadi karena faktor kematangan dan belajar dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam (bawaan) dan faktor luar (lingkungan, pengalaman, pengasuhan). Jdi sekalipun semua orang mengikuti pola perkembangan yang kurang lebih sama, kecepatan perkembangan pada sesuatu aspek pada tiap orang berbeda-beda misalnya anak-anak dengan umur yang sama tidak selalu mencapai titik atau tingkat perkembangan fisik, mental, sosial dan emosi yang sama. Variasi dalam perkembangan ini banyak hubungannya dengan faktor kematangan, belajar atau pengalaman , bawaan, dan faktor lingkungan.
  8. Setiap individu itu berbeda, dengan lain perkataan setiap orang itu khas, tidak akan ada dua orang yang tepat sama meskipun berasal dari orangtua yang sama.
Sumber :
Buku Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, karya Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa dan Dra. Yulia Singgih D. Gunarsa

Nama : Maria Rosa Prameswari
NPM : 14511293
Kelas : 1PA07

SOFT SKILL DAN HARD SKILL

Mengapa?

Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga pawai dalam aspek soft skillnya. Dunia pendidikan pun mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata untuk pengetahuan dan kemampuan tknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Peneliti ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% olrh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill.

Adalah suatu realita bahwa pendidikan di Indonesia lebih memberikan porsi yang lebih besar untuk muatan hard skill, bahkan bisa dikatakan lebih berorientasi pada pembelajaran hard skill saja. lalu seberapa besar semestinya muatan soft skill dalam kurikulum pendidikan? kalau mengingat bahwa sebenarnya penentu kesuksesan seseorang itu lebih disebabkan oleh unsur soft skill nya.

Jika berkaca pada realita diatas, pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan urgen dalam dunia pendidikan. Namun, untuk mengubah kurikulum juga bukan hal yang mudah. Pendidik seharusnya memberikan mutan-muatan pendidikan soft skill pada proses pembelajarannya. Sayangnya, tidak semua pendidik mampu memahami dan menerapkannya. Lalu siapa yang harus melakukannya? Pentingnya penerapan pendidikan soft skill idealnya bukan saja hanya untuk anak didik saja, tetapi juga pendidik.

Apa?

Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional inteligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lembih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal.

Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori : Intrapersonal dan Interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup : self awareness (sell confident, self assessment, trait and preference, emotional awareness) dan self skill (improvement, self control, trust, worthiness, time/source management, proactivity, conscience). Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, emphaty dan social kill (leadership, influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy).

Pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan akademis (hard skill) lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan keterampilan yang dikuasai. Sedangkan untuk soft skill biasanya dievaluasi psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin 100% benar, namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan 'the right person in the right place'

Hampir semua perusahaan dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara hard skill dan soft skill, apapun posisi karyawan nya. Di kalangan para praktisi SDM, pendekatan ala hard skill saja kini sudah di tinggalkan. Percuma juka hard skill oke, tetapi soft skill nya buruk. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan soft skill, seperti team work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Saat rekrutasi karyawan,perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik meskipun hard skill nya lebih rendah. Alasannya sederhana : memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Bahkan kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi, "Recruit for Attitude, Train for Skill"

Hal tersebut menunjukkan bahwa : hard skill merupakan faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skill nya yang baik. Psikolog kawakan, David McClelland bahkan berani berkata bahwa faktor utama keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi, kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi orang lain. Yang lain dan tak bukan merupakan soft skill.

Sumber : 

Nama : Maria Rosa Prameswari
NPM : 14511293
Kelas : 1PA07