Berbagai permasalahan yang sering muncul dalam
kehidupan ini banyak diakibatkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam
mengendalikan diri. Tawuran antar pelajar, mengambil hak milik orang lain
(mencuri, merampok, korupsi), vandalism,
penyalahgunaan obat terlarang dan free sex merupakan contoh perilaku
yang timbul karena ketidakmampuan dalam mengendalikan diri (self control).
Perkembangan self control pada dasarnya sejalan dengan bertambahnya usia
seseorang. Semakin dewasa diharapkan mempunyai self control yang lebih baik
dibanding saat remaja dan anak-anak. Namun demikian beberapa kasus menunjukkan
hal yang sebaliknya, dimana beberapa permasalahan tersebut juga dilakukan oleh
orang yang sudah dewasa. Mahasiswa yang telah beranjak dewasa (bertambahnya
usia dan ilmu) tentunya diharapkan oleh masyarakat mempunyai self control yang
lebih tinggi dibanding anak-anak SMA. Tentunya akan aneh jika bertambahnya usia
tidak diimbangi dengan kemampuan mengendalikan diri, bahkan berbuat sesuka hati
dengan membiarkan perilaku yang lebih mementingkan egosime tanpa menghiraukan
konsekuensi yang akan diperoleh.
Dalam
pandangan Zakiyah Darajat bahwa orang yang sehat mentalnya akan dapat menunda
buat sementara pemuasan kebutuhannya itu atau ia dapat mengendalikan diri dari
keinginan-keinginan yang bisa menyebabkan hal-hal yang merugikan. Dalam
pengertian yang umum pengendalian diri lebih menekankan pada pilihan tindakan
yang akan memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih luas, tidak melakukan
perbuatan yang akan merugikan dirinya di masa kini maupun masa yang akan datang
dengan cara menunda kepuasan sesaat.
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2002), definisi
kontrol diri atau self control adalah kemampuan individu untuk mengarahkan
tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan
yang ada. Goldfried dan Merbaum, mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu
kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku
yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif.
Kontrol diri merupakan satu potensi yang dapat dikembangkan dan
digunakan individu selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam
menghadapi kondisi yang terdapat dilingkungan yang berada disekitarnya, para
ahli berpendapat bahwa kontrol diri dapat digunakan sebagai suatu intervensi
yang bersifat preventif selain dapat mereduksi efek-efek psikologis yang
negative dari stressor-stresor lingkungan. Disamping itu kontrol diri memiliki
makna sebagai suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan
lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku
sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan
sosialisasi (Calhoun dan Acocela, 1990).
Mengapa penting memiliki self control ? Pertama,
kontrol diri berperan penting dalam
hubungan seseorang dengan orang lain (interaksi social). Hal ini dikarenakan
kita senantiasa hidup dalam kelompok atau masyarakat dan tidakbisa hidup
sendirian. Seluruh kebutuhan hidup kita (fisiologis) terpenuhi dari bantuan
orang lain, begitu pula kebutuhan psikologis dan social kita. Oleh karena itu agar
kita dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidup ini dibutuhkan kerjasama dengan
orang lain dan kerjasama dapat berlangsung dengan baik jika kita mampu
mengendalikan diri dari perbuatan yang merugikan orang lain. Kedua, Kontrol
diri memiliki peran dalam menunjukkan siapa diri kita (nilai diri). Seringkali
seseorang memberikan penilaian dari apa yang kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari dan kontrol diri merupakan salah satu aspek penting dalam mengelola
dan mengendalikan perilaku kita. Kontrol diri menjadi aspek yang penting dalam
aktualisasi pola pikir, rasa dan perilaku kita dalam menghadapai setiap
situasi. Seseorang yang dapat mengendalikan diri dari hal-hal yang negatif
tentunya akan memperoleh penilaian yang positif dari orang lain (lingkungan
sosial), begitu pula sebaliknya. Ketiga, kontrol diri berperan dalam pencapaian
tujuan pribadi. Pengendalian diri dipercaya dapat membantu seseorang dalam
mencapai tujuan hidup seseorang. Hal ini dikarenakan bahwa seseorang yang mampu
menahan diri dari perbuatan yang dapat merugikan diri atau orang lain akan
lebih mudah focus terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai, mampu memilih
tindakan yang memberi manfaat, menunjukkan kematangan emosi dan tidak mudah
terpengaruh terhadap kebutuhan atau perbuatan yang menimbulkan kesenangan
sesaat. Bila hal ini terjadi niscaya seseorang akan lebih mudah untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Dengan mengembangkan kemampuan mengendalikan diri
sebaik-baiknya, maka kita akan dapat menjadi pribadi yang efektif, hidup lebih
konstruktif, dapat menyusun tindakan yang berdimensi jangka panjang, mampu
menerima diri sendiri dan diterima oleh masyarakat luas. Kemampuan
mengendalikan diri menjadi sangat berarti untuk meminimalkan perilaku buruk
yang selama ini banyak kita jumpai dalam kehidupan di masyarakat juga dalam
tatanan kenegaraan karena banyak peristiwa yang terjadi karena ketidakmampuan
mengendalikan diri.
Pada dasarnya sumber terjadinya self control dalam diri seseorang ada 2
(dua) yaitu sumber internal (dalam diri) dan eksternal (di luar diri). Apabila
seseorang dalam berperilaku cenderung mengatur perilakunya sendiri dan memiliki
standar khusus terhadap perilaku yang dipilih, memberikan ganjaran bila dapat
mencapai tujuan dan memberikan hukuman sendiri apabila melakukan kesalahan,
maka hal ini menunjukan bahwa self controlnya bersumber dari diri sendiri
(internal). Sedangkan apabila individu menjadikan orang lain atau lingkungan
sebagai standart perilaku atau penyebab terjadinya perilaku dan ganjaran atau
hukuman juga diterima dari orang lain (lingkungan), maka ini menunjukkan bahwa
self control yang dimiliki bersumber dari luar diri (eksternal)
A.
Jenis-Jenis Kontrol Diri
Kontrol diri yang digunakan seseorang dalam
menghadapi situasi tertentu, meliputi :
a. Behavioral
control, kemampuan untuk mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang
tidak menyenangkan. Adapun cara yang sering digunakan antara lain dengan
mencegah atau menjauhi situasi tersebut, memilih waktu yang tepat untuk
memberikan reaksi atau membatasi intensitas munculnya situasi tersebut
b.
Cognitive control, kemampuan individu dalam mengolah informasi yang
tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai dan menggabungkan suatu
kejadian dalam sutu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk
mengurangi tekanan. Dengan informasi yang dimiliki oleh individu terhadap
keadaan yang tidak menyenangkan, individu berusaha menilai dan menafsirkan
suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subyektif atau
memfokuskan pada pemikiran yang menyenangkan atau netral.
c.
Decision control, kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan
berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam
menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan,
kebebasan atau kemungkinan untuk memilih berbagai kemungkinan (alternative)
tindakan
d.
Informational control, Kesempatan untuk mendapatkan informasi mengenai
kejadian yang menekan, kapan akan terjadi, mengapa terjadi dan apa konsekuensinya.
Kontrol informasi ini dapat membantu meningkatkan kemampuan seseorang dalam
memprediksi dan mempersiapkan yang akan terjadi dan mengurangi ketakutan
seseorang dalam menghadapi sesuatu yang tidak diketahui, sehingga dapat
mengurangi stress.
e. Retrospective control, Kemampuan untuk
menyinggung tentang kepercayaan mengenai apa atau siapa yang menyebabkan sebuah
peristiwa yang menekan setelah hal tersebut terjadi. Individu berusaha mencari
makna dari setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Hal ini bukan berarti
individu mengontrol setiap peristiwa yang terjadi, namun individu berusaha
memodifikasi pengalaman stress tersebut untuk mengurangi kecemasan.
B.
Ciri-ciri control diri
Ciri-ciri seseorang mempunyai kontrol diri antara
lain :
a.
Kemampuan untuk mengontrol perilaku yang ditandai dengan kemampuan
menghadapi situasi yang tidak diinginkan dengan cara mencegah atau menjauhi
situasi tersebut, mampu mengatasi frustasi dan ledakan emosi.
b.
Kemampuan menunda kepuasan dengan segera untuk mengatur perilaku agar
dapat mencapai sesuatu yang lebih berharga atau lebih diterima oleh masyarakat
c.
Kemampuan mengantisipasi peristiwa dengan mengantisipasi keadaan melalui
pertimbangan secara objektif.
d.
Kemampuan menafsirkan peristiwa dengan melakukan penilaian dan
penafsiran suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara
subjektif
e.
Kemampuan mengontrol keputusan dengan cara memilih suatu tindakan
berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.
Orang yang rendah kemampuan mengontrol diri
cenderung akan reaktif dan terus reaktif (terbawa hanyut ke dalam situasi yang
sulit). Sedangkan orang yang tinggi kemampuan mengendalikan diri akan cenderung
proaktif (punya kesadaran untuk memilih yang positif). Untuk mengecek sejauh
mana kita punya kemampuan mengendalikan diri, kita bisa melihat petunjuk di
bawah ini:
Rendah
Sedang
Tinggi
Anda mudah kehilangan kendali, mudah frustasi, mudah
meluapkan ekspresi emosi secara meledak-ledak, atau tidak efektif dalam
menjalankan aktivitas karena emosi yang tidak terkontrol
Anda sudah sanggup memberikan respon dengan tenang
dan mendiskusikannya secara fair
Anda bisa memberikan respon secara konstruktif: bisa
membangun hubungan yang lebih positif dan mengantisipasi problem
Anda tidak tahan terhadap berbagai tekanan atau
himpitan
Anda sudah bisa mengelola tekanan secara efektif,
tidak mempengaruhi hasil pekerjaan atau tidak mempengaruhi proses pekerjaan
Anda sudah bisa menenangkan diri anda dan orang lain
atau sanggup memainkan peranan sebagai leader
Anda sudah bisa mengontrol emosi tetapi belum bisa
menggunakannya secara konstruktif
C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri
a.
Kepribadian. Kepribadian mempengaruhi control diri dalam konteks
bagaimana seseorang dengan tipikal tertentu bereaksi dengan tekanan yang
dihadapinya dan berpengaruh pada hasil yang akan diperolehnya. Setiap orang
mempunyai kepribadian yang berbeda (unik) dan hal inilah yang akan membedakan
pola reaksi terhadap situasi yang dihadapi. Ada seseorang yang cenderung
reaktif terhadap situasi yang dihadapi, khususnya yang menekan secara
psikologis, tetapi ada juga seseorang yang lamban memberikan reaksi.
b.
Situasi. Situasi merupakan faktor yang berperan penting dalam proses
kontrol diri. Setiap orang mempunyai strategi yang berbeda pada situasi
tertentu, dimana strategi tersebut memiliki karakteristik yang unik. Situasi yang
dihadapi akan dipersepsi berbeda oleh setiap orang, bahkan terkadang situasi
yang sama dapat dipersepsi yang berbeda pula sehingga akan mempengaruhi cara
memberikan reaksi terhadap situasi tersebut. Setiap situasi mempunyai
karakteristik tertentu yang dapat mempengaruhi pola reaksi yang akan dilakukan
oleh seseorang.
c.
Etnis. Etnis atau budaya mempengaruhi kontrol diri dalam bentuk
keyakinan atau pemikiran, dimana setiap kebudayaan tertentu memiliki keyakinan
atau nilai yang membentuk cara seseorang berhubungan atau bereaksi dengan
lingkungan. Budaya telah mengajarkan nilai-nilai yang akan menjadi salah satu
penentu terbentuknya perilaku seseorang, sehingga seseorang yang hidup dalam
budaya yang berbeda akan menampilkan reaksi yang berbeda dalam menghadapi
situasi yang menekan, begitu pula strategi yang digunakan.
d.
Pengalaman. Pengalaman akan membentuk proses pembelajaran pada diri
seseorang. Pengalaman yang diperoleh
dari proses pembelajaran lingkungan keluarga juga memegang peran penting dalan
kontrol diri seseorang, khususnya pada masa anak-anak. Pada masa selanjutnya
seseorang bereaksi dengan menggunakan pola fikir yang lebih kompleks dan
pengalaman terhadap situasi sebelumnya untuk melakukan tindakan, sehingga
pengalaman yang positif akan mendorong seseorang untuk bertindak yang sama,
sedangkan pengalaman negatif akan dapat merubah pola reaksi terhadap situasi
tersebut.
e. Usia.
Bertambahnya usia pada dasarnya akan diikuti dengan bertambahnya kematangan
dalam berpikir dan bertindak. Hal ini dikarenakan pengalaman hidup yang telah
dilalui lebih banyak dan bervariasi, sehingga akan sangat membantu dalam
memberikan reaksi terhadap situasi yang dihadapi. Orang yang lebih tua
cenderung memiliki control diri yang lebih baik dibanding orang yang lebih
muda.
D.
Prinsip-prinsip dalam mengendalikan diri
1.
Prinsip kemoralan. Setiap agama pasti mengajarkan moral yang baik bagi
setiap pemeluknya, misalnya tidak mencuri, tidak membunuh, tidak menipu, tidak
berbohong, tidak mabuk-mabukan, tidak melakukan tindakan asusila maupun tidak
merugikan orang lain. Saat ada dorongan hati untuk melakukan sesuatu yang
negatif, maka kita dapat bersegera lari ke rambu-rambu kemoralan. Apakah yang
kita lakukan ini sejalan atau bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama?
Saat terjadi konflik diri antara ya atau tidak, mau melakukan atau tidak, kita
dapat mengacu pada prinsip moral di atas.
2.
Prinsip kesadaran. Prinsip ini mengajarkan kepada kita agar senantiasa
sadar saat suatu bentuk pikiran atau perasaan yang negatif muncul. Pada umumnya
orang tidak mampu menangkap pikiran atau perasaan yang muncul, sehingga mereka
banyak dikuasai oleh pikiran dan perasaan mereka. Misalnya seseorang menghina
atau menyinggung kita, maka kita marah. Nah, kalau kita tidak sadar atau
waspada maka saat emosi marah ini muncul, dengan begitu cepat, tiba-tiba kita
sudah dikuasai kemarahan ini. Jika kesadaran diri kita bagus maka kita akan
tahu saat emosi marah ini muncul, menguasai diri kita dan kemungkinan akan
melakukan tindakan yang akan merugikan diri kita dan orang lain. Saat kita
berhasil mengamati emosi maka kita dapat langsung menghentikan pengaruhnya.
Jika masih belum bisa atau dirasa berat sekali untuk mengendalikan diri, maka
kita dapat melarikan pikiran kita pada prinsip moral.
3.
Prinsip perenungan. Ketika kita sudah benar-benar tidak tahan untuk
meledakkan emosi karena amarah dan perasaan tertekan, maka kita bisa melakukan
sebuah perenungan. Kita bisa menanyakan pada diri sendiri tentang berbagai hal,
misalnya apa untungnya saya marah, apakah benar reaksi saya seperti ini,
mengapa saya marah atau apakah alasan saya marah ini sudah benar. Dengan
melakukan perenungan, maka kita akan cenderung mampu mengendalikan diri. Secara
sederhana dapat digambarkan bahwa saat emosi aktif maka logika kita tidak
jalan, sehingga saat kita melakukan perenungan atau berpikir secara mendalam
maka kadar kekuatan emosi atau keinginan kita akan cenderung menurun.
4.
Prinsip kesabaran. Pada dasarnya emosi kita naik – turun dan timbul,
tenggelam. Emosi yang bergejolak merupakan situasi yang sementara saja,
sehingga kita perlu menyadarinya bahwa kondisi ini akan segera berlalu seiring
bergulirnya waktu. Namun hal ini tidaklah mudah karena perlu adanya kesadaran
akan kondisi emosi yang kita miliki saat itu dan tidak terlalu larut dalam
emosi. Salah satu cara yang perlu kita gunakan adalah kesabaran, menunggu
sampai emosi negatif tersebut surut kemudian baru berpikir untuk menentukan
respon yang bijaksana dan bertanggung jawab (reaksi yang tepat).
5.
Prinsip pengalihan perhatian. Situasi dan kondisi yang memberikan
tekanan psikologis sering menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran yang cukup
banyak bagi seseorang untuk menghadapinya. Apabila berbagai cara (4 prinsip
sebelumnya) sudah dilakukan untuk berusaha menghadapi namun masih sulit untuk
mengendalikan diri, maka kita bisa menggunakan prinsip ini dengan menyibukkan
diri dengan pikiran dan aktifitas yang positif. Ketika diri kita disibukkan
dengan pikiran positif yang lain, maka situasi yang menekan tersebut akan
terabaikan. Begitu pula manakala kita menyibukkan diri dengan aktifitas lain
yang positif, maka emosi yang ingin meledak akibat peristiwa yang tidak kita
sukai tersebut akan menurun bahkan hilang. Saat kita berhasil memaksa diri
memikirkan hanya hal-hal yang positif maka emosi kita akan ikut berubah kearah
yang positif juga.
2. Bagaimana Cara Menetapkan Suatu Tujuan?
1.Pastikan bahwa itu yang benar-benar kamu inginkan. Saat
menentukan Tujuan, pastikan bahwa itu sesuai dengan nilai-nilai hidup kamu.
Yakinkan bahwa itu benar-benar berasal dari dalam diri kamu, bukan orang lain.
2.Gunakan statement positif. Ekspresikan tujuan kamu secara
positif. Contohnya : “saya lulus kuliah tepat waktu (4 tahun)” daripada
menggunakan “jangan sampai lulus lebih dari 4 tahun”
3.Gunakan kalimat bahwa kamu seakan-akan sudah mencapainya.
Contohnya : “Awal tahun 2015 saya sudah mempunyai 10 cabang Franchise di
seluruh Indonesia”
4.Buat prioritas. Saat kamu menetapkan beberapa tujuan, beri
skala prioritas. Hal ini akan membantu kamu menentukan tujuan mana yang harus
dicapai lebih dahulu. Untuk lebih detail nanti akan kita bahas dalam posting
yang lebih mendalam
5.Tulis tujuan kamu. Salah satu rahasia orang-orang sukses
adalah menulis setiap tujuan mereka. Saat kita mulai menuliskannya maka secara
tidak langsung hal ini akan membantu kita mewujudkannya. Menuliskan sesuatu
akan membantu mengklarifikasi pemikiran dan mengkristalkan gagasan kamu
6.“lihatlah dari yang paling mungkin, mulailah dari yang
paling mudah dan LAKUKAN SEKARANG”. Yah, inilah saah satu kata ajaib yang saya
temukan saat mendirikan Senyum Community. Saat saya memulainya, saya mempunyai
tujuan besar, namun ternyata saya sadar untuk mendapatkan suatu yang besar kita
harus memulai mendapatkan yang lebih kecil dahulu. Think Big, Start small!
7.Tentukan tujuan berdasarkan proses, bukan hasil akhir.
Berhati-hatilah dalam menentukan tujuan. Ingat tidak semua yang kit inginkan
dapat tercapai. Kegagalan adalah hal yang lumrah. Saat kita hanya mengingkan
hasil akhir maka kita akan kurang menghargai dari proses yang telah kita
lakukan. hal inilah yang terkadang membuat sebagian orang stress maupun
depresi. Hargai setiap capaian yang telah kamu lakukan, karena saat kamu sudah
memulai untuk menetapkan tujuan sebenarnya kamu sudah merupakan bagian dari
tujuan kamu tersebut.
8.Gunakan rumus SMART. Tentukan tujuan dengan Spesific
(spesifik), Measurable (dapat diukur), Attainable (dapat dicapai), Relevant
(relevan), time bound (dibatasi waktu). Contohnya : “saya sudah keliling 5
benua pada Desember 2020”. Lebih detil lagi lebih bagus, Jangan sampai Cuma :
“Saya ingin keliling dunia”
Sumber :
Dayakisni, Tri & Hudaniah (2003). Psikologi Sosial. UMM
Press. Malang
Gunawan W. Adi. Jurus Pengendalian Diri.
http://adiwgunawan.com/awg.php?co